Polda Papua Bantah Gunakan Peluru Tajam: Pakai Gas Air Mata!

Jayapura, 19 Februari 2025 – Polda Papua membantah tudingan penggunaan peluru tajam saat membubarkan demonstrasi pelajar yang menolak program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Polisi menegaskan bahwa pengendalian massa dilakukan dengan pendekatan persuasif dan penggunaan gas air mata sebagai langkah terakhir.

Aksi Demonstrasi Pelajar: Tolak MBG, Prioritaskan Pendidikan Gratis

Gelombang aksi protes oleh Solidaritas Pelajar West Papua (SPWP) terjadi di beberapa wilayah, seperti Wamena, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura. Para pelajar menilai pemerintah lebih fokus pada program MBG dibandingkan peningkatan akses pendidikan gratis. Mereka menuntut anggaran daerah dialokasikan lebih banyak untuk beasiswa dan fasilitas sekolah, bukan hanya penyediaan makanan.

Tudingan di Media Sosial: Polisi Gunakan Peluru Tajam?

Sebuah unggahan di media sosial X (@vyeimo83) memperlihatkan foto dan video yang diklaim sebagai bukti bahwa aparat menembakkan peluru tajam ke arah demonstran. Unggahan ini cepat menyebar dan memicu reaksi publik, termasuk kecaman dari aktivis HAM yang menyoroti standar pengamanan aksi massa di Papua.

Polda Papua Tegaskan Tidak Ada Penggunaan Senjata Api

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignatius Benny Adi Prabowo, menegaskan bahwa anggotanya tidak dibekali senjata api dalam pengamanan aksi. “Tidak ada yang menggunakan senjata api. Kami hanya memakai peralatan pengendalian massa standar,” ujarnya dalam keterangan pers, Selasa (18/2).

Sementara itu, Kabag Ops Polres Jayawijaya juga membantah tudingan tersebut. Ia menegaskan bahwa gas air mata digunakan setelah massa mulai bertindak anarkis dan mengancam ketertiban umum.

Polisi Klaim Gunakan Pendekatan Persuasif

Polda Papua mengungkapkan bahwa aparat telah berusaha berkomunikasi dengan para demonstran sebelum mengambil langkah pembubaran. Namun, aksi yang awalnya damai berubah menjadi ricuh setelah beberapa peserta melempar batu ke arah petugas dan merusak fasilitas umum.

Sebagai langkah pencegahan eskalasi, kepolisian akhirnya menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. “Kami selalu mengedepankan pendekatan humanis, tetapi ketika ada ancaman terhadap keamanan, tindakan tegas harus diambil,” tambah Kombes Pol Ignatius.

Polisi Imbau Masyarakat Tidak Termakan Hoaks

Polda Papua mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi yang belum terverifikasi. “Kami meminta warga untuk menyaring berita sebelum menyebarkan informasi yang dapat memperkeruh situasi,” ujar perwakilan kepolisian.

Kepolisian juga membuka jalur komunikasi bagi pihak-pihak yang ingin menyampaikan aspirasi secara damai dan tertib. Mereka memastikan bahwa setiap demonstrasi yang dilakukan sesuai prosedur akan mendapat perlindungan hukum.

Kesimpulan: Kontroversi Berlanjut, Perlu Transparansi Lebih Lanjut

Kasus ini menunjukkan perlunya transparansi dalam penanganan aksi demonstrasi, terutama di Papua yang kerap menjadi sorotan dalam isu HAM. Sementara Polda Papua membantah tuduhan penggunaan peluru tajam, masyarakat masih menunggu bukti dan klarifikasi lebih lanjut terkait insiden tersebut.