Peluncuran Kapal Selam Nuklir Pertama Korea Utara,Kim Jong-un tampak tersenyum lebar

Pada 9 Maret 2025, Korea Utara resmi meluncurkan kapal selam bertenaga nuklir pertamanya dalam sebuah upacara megah yang dihadiri langsung oleh Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un. Langkah ini dianggap sebagai pencapaian besar dalam upaya modernisasi militer negara itu dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan nuklir global. Dengan latar belakang bendera nasional dan parade militer, Kim Jong-un tampak tersenyum lebar, menunjukkan kebanggaan atas keberhasilan negaranya dalam mengembangkan teknologi kapal selam nuklir.

“Pahlawan Kim Kun Ok”: Senjata Bawah Laut Mematikan

Kapal selam ini, yang diberi nama “Pahlawan Kim Kun Ok”, diklaim memiliki kemampuan membawa hingga sepuluh rudal nuklir. Keberadaan kapal ini diprediksi akan mengubah dinamika pertahanan di kawasan Asia Timur. Korea Utara menyatakan bahwa kapal selam ini akan menjadi bagian penting dari strategi serangan bawah air yang lebih agresif. Peluncuran kapal ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat dengan Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang, yang semakin waspada terhadap potensi ancaman dari Korea Utara.

Dugaan Bantuan Rusia: Benarkah Korut Tidak Sendiri?

Para analis pertahanan berspekulasi bahwa Rusia mungkin memiliki andil dalam pengembangan kapal selam ini. Dugaan ini muncul karena meningkatnya kerja sama militer antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Korea Utara diketahui telah mengirim amunisi dan tenaga kerja ke Rusia untuk mendukung perang di Ukraina, dan sebagai imbalannya, Rusia diduga memberikan dukungan teknologi serta keahlian dalam bidang persenjataan bawah laut.

Bagian dari Grand Design Militer Korea Utara

Peluncuran kapal selam ini sejalan dengan strategi modernisasi militer yang diumumkan Kim Jong-un pada 2021. Selain kapal selam, strategi ini mencakup pengembangan rudal hipersonik, satelit mata-mata, dan sistem pertahanan udara canggih. Korea Utara menegaskan bahwa mereka tidak akan berhenti sampai mampu menghadapi kekuatan militer besar seperti Amerika Serikat. Meskipun ada pertemuan diplomatik di masa lalu, seperti dengan mantan Presiden AS Donald Trump, tidak ada tanda-tanda Pyongyang akan menghentikan ambisi nuklirnya.

Ancaman Baru bagi Stabilitas Kawasan

Kehadiran kapal selam nuklir ini memicu kekhawatiran di berbagai negara. Korea Selatan dan Jepang memperketat pengawasan perairan mereka. Amerika Serikat mengecam langkah Korea Utara sebagai provokasi berbahaya. Para pengamat internasional memperkirakan situasi ini dapat memperburuk ketegangan dan meningkatkan risiko konflik di Semenanjung Korea.

Di sisi lain, Kim Jong-un menegaskan bahwa kapal selam ini adalah bentuk pertahanan mutlak terhadap “ancaman imperialisme.” Ia menyatakan bahwa kapal ini akan memainkan peran kunci dalam menjaga kedaulatan Korea Utara. Dengan peluncuran ini, Korea Utara mengirim pesan kuat bahwa mereka siap menghadapi segala bentuk tekanan dan sanksi internasional demi mempertahankan kekuatan militernya.