
Gaza, Palestina — Serangan udara Israel kembali menewaskan warga sipil di Jalur Gaza. Sebanyak 74 orang dilaporkan tewas dalam dua serangan terpisah. Serangan menyasar pengunjung kafe dan warga yang tengah mencari bantuan makanan. Peristiwa ini terjadi pada Jumat malam, 6 Juni 2025, di Rafah dan kamp pengungsi Nuseirat. Kedua lokasi ini kini menjadi titik konsentrasi pengungsi.
Serangan di Kafe Saat Warga Menonton Bola
Salah satu serangan paling mematikan terjadi di sebuah kafe di Kota Nuseirat. Saat itu, puluhan warga tengah menonton siaran langsung pertandingan sepak bola. Tiba-tiba, ledakan besar menghantam kafe tersebut. Lebih dari 30 orang tewas, kebanyakan anak muda dan remaja. Puluhan lainnya terluka, sebagian dalam kondisi kritis.
“Orang-orang hanya ingin bersantai dan menonton bola. Tiba-tiba semuanya berubah menjadi kobaran api dan teriakan,” ujar seorang warga yang selamat.
Penembakan terhadap Warga yang Mengantre Bantuan
Tak lama setelah serangan di kafe, laporan datang dari Rafah. Sekelompok warga yang sedang mengantre bantuan makanan dan air menjadi sasaran tembakan. Sekitar 40 orang dilaporkan tewas. Warga yang selama ini bergantung pada bantuan kemanusiaan kini diliputi ketakutan.
“Ini bukan lagi konflik militer. Ini pembantaian terhadap warga sipil,” ucap seorang petugas medis sambil menunjuk tenda-tenda pengungsi yang rusak.
Dunia Kecam Serangan
Serangan ini menuai kecaman dari komunitas internasional. PBB, Uni Eropa, dan negara-negara seperti Turki, Qatar, serta Indonesia, mendesak Israel menghentikan serangan ke wilayah sipil. Mereka meminta agar hukum humaniter internasional ditegakkan.
Juru Bicara PBB menyebut serangan terhadap warga sipil sebagai pelanggaran serius terhadap Konvensi Jenewa. Sementara itu, pemerintah Israel menyatakan target mereka adalah militan Hamas. Namun, mereka belum menjelaskan lebih lanjut soal korban sipil.
Krisis Kemanusiaan Semakin Parah
Perang yang berlangsung selama tujuh bulan ini telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Serangan terbaru memperburuk kondisi di lapangan. Rumah sakit kelebihan kapasitas, pasokan medis menipis, dan listrik hanya tersedia beberapa jam per hari.
Organisasi kemanusiaan menyebut kondisi di Gaza sebagai “krisis total”. Mereka memperingatkan risiko kelaparan besar jika bantuan tidak segera masuk dengan aman.
Penutup
Serangan terhadap kafe dan warga pencari bantuan mencerminkan penderitaan panjang rakyat Palestina. Jumlah korban terus bertambah. Dunia internasional kini semakin keras menyerukan gencatan senjata dan investigasi kejahatan perang. Harapan masyarakat dunia tertuju pada para pemimpin global untuk segera menghentikan kekerasan di Jalur Gaza.