Latar Belakang Aksi Unjuk Rasa “Banting Nanas” di Gedung Sate

Sejumlah pedagang nanas asal Subang melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung, pada Senin pagi (10 Juni 2025). Mereka membanting hasil panen nanas sebagai bentuk protes.

Aksi banting nanas ini menarik perhatian publik karena dilakukan dengan cara tak biasa. Para pedagang melempar dan membanting puluhan buah nanas ke halaman kantor pemerintahan.

Aksi itu muncul akibat kekecewaan terhadap kondisi pasar yang tak kunjung membaik. Selain itu, mereka kecewa dengan janji-janji politik yang belum dipenuhi.

Para pedagang meminta perhatian pemerintah. Harga nanas terus turun, dan janji dukungan dari Dedi Mulyadi belum terlihat. Saat ini, Dedi menjabat sebagai anggota DPR RI dan sebelumnya adalah Bupati Purwakarta.

Janji yang Belum Ditepati

Menurut pernyataan salah satu pedagang, Dedi Mulyadi pernah berjanji akan membantu membuka akses pasar lebih luas bagi petani Subang, termasuk menyiapkan jalur distribusi yang lebih stabil dan memberikan bantuan modal usaha. Namun, setelah pemilu berakhir dan Dedi kembali duduk di kursi legislatif, janji tersebut belum juga terlihat tindak lanjutnya.

“Pak Dedi dulu datang saat kampanye, janji bantu kami petani nanas, tapi sampai sekarang belum ada kabar,” kata Ahmad, salah satu koordinator aksi.

Kerugian Petani Semakin Parah

Petani mengaku rugi besar karena harga nanas di tingkat petani hanya mencapai Rp500 per buah—jauh di bawah harga produksi. Selain itu, distribusi yang tidak lancar membuat banyak buah busuk sebelum sempat dijual ke konsumen.

Beberapa petani bahkan mengaku terpaksa membuang sebagian hasil panennya karena tidak laku di pasaran. Mereka berharap pemerintah daerah dan pusat segera turun tangan untuk menyelamatkan nasib para petani lokal, terutama dalam menghadapi musim panen yang justru menjadi masa paling sulit.

Tuntutan Kepada Pemerintah

Selain menagih janji Dedi Mulyadi, para pedagang juga mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk segera membuat kebijakan konkret dalam mendukung petani buah lokal, termasuk membuat jalur distribusi yang efisien, menyediakan subsidi pupuk, dan menjamin harga pembelian minimum dari koperasi atau BUMD.

Aksi damai ini berlangsung tertib dengan pengamanan dari kepolisian. Para pedagang berharap aksi tersebut menjadi peringatan serius bahwa nasib petani tidak bisa terus-menerus diabaikan.

Penutup

Aksi banting nanas di Gedung Sate menjadi simbol perlawanan petani terhadap sistem distribusi pertanian yang timpang serta janji politik yang tak ditepati. Pemerintah diharapkan segera merespons dengan kebijakan nyata agar petani tidak terus berada di posisi yang dirugikan.